Hal-Hal Besar untuk Edtech di Asia

 |   vishnum

Perbedaan tingkat kemudahan akses pendidikan adalah masalah yang diharapkan oleh pemerintah dan lembaga di Asia dapat dipecahkan oleh edtech. Baca lebih lanjut tentang teknologi yang digunakan untuk membantu para siswa di Asia mencapai hasil belajar yang lebih baik.

JAKARTA, 13 Desember 2017 – Di suatu pusat kota di Asia, seorang siswa duduk di kelas, mencatat pelajaran dengan laptop. Dalam perjalanan pulang ke rumah, dia melakukan pengeditan akhir untuk tugasnya di tablet lalu mengirimkannya melalui platform e-learning sekolah.

Di pinggiran kota, siswa yang lain menelepon sekolah untuk menginformasikan bahwa dia absen hari itu. Satu-satunya bis yang mengantarnya ke sekolah, yang berjarak satu jam perjalanan, tidak datang. Dia berjanji akan mengejar ketinggalan pelajaran memakai ponsel cerdas ayahnya, satu-satunya akses internet di rumah, saat ayahnya tiba di rumah malam itu.

Ini adalah dua contoh siswa yang berada pada dua kelompok yang memiliki kemudahan akses digital berbeda. Akses pada pembelajaran beragam di berbagai wilayah di Asia, dan pemerintah serta lembaga pendidikan beralih pada teknologi untuk membantu menjembatani kesenjangan ini. Berikut ini adalah sekilas tentang trend yang muncul di Asia:

  • Pembelajaran mobile

Dengan penetrasi ponsel cerdas yang tinggi di seluruh Asia, termasuk di area yang kurang berkembang, pemerintah dan sekolah semakin banyak memanfaatkan pembelajaran mobile untuk memperluas akses pendidikan. Tiongkok, India, dan Indonesia termasuk di antara pembeli terbesar teknologi pembelajaran mobile di seluruh dunia. Produk-Produk pembelajaran Bahasa Inggris secara mobile, baik dalam bentuk aplikasi maupun Layanan Nilai-Tambah (VAS), merupakan salah satu produk terlaris.

Indonesia, sebagai pengadopsi pembelajaran mobile yang relatif baru, menggunakan platform ini sebagai perluasan dari penciptaan lingkungan pembelajaran kombinasi (blended learning). Saat ini, buku sekolah elektronik tersedia pada ponsel cerdas dan tablet yang dapat diakses oleh siswa melalui aplikasi yang dikembangkan oleh perusahaan start-up lokal, Mahoni. Platform jaringan sosial pribadi untuk pendidikan dan Kursus Online Terbuka Massal (Massive Open Online Course, MOOC) Kelase, meluncurkan aplikasi mobile-nya sendiri untuk melengkapi situs web dekstop mereka, guna memudahkan pembelajaran yang lebih baik, dimana pun dan kapan pun.

  • Pengembangan keterampilan Abad 21

Lebih dari 50 persen pekerjaan saat ini membutuhkan ketrampilan teknologi, dan jumlahnya akan meningkat menjadi 77 persen dalam waktu kurang dari satu dekade. Perkembangan ini membuat keterampilan abad 21 dan kesiapan menghadapi masa-depan menjadi perhatian utama dalam setiap diskusi pendidikan. Dengan membekali mereka hard skill (keterampilan teknis) digital dan soft skill (kepribadian dan karakter) kognitif, seperti komunikasi dan kepemimpinan, pendidik di seluruh daerah fokus mempersiapkan siswa untuk bekerja di masa depan.

Di Filipina, Departemen Pendidikan meluncurkan Kurikulum K-12 baru yang memasukkan “Literasi Media dan Informasi” sebagai pelajaran inti, yang menonjolkan pengembangan keterampilan Abad 21 untuk membekali anak-anak muda Filipina agar unggul dalam ekonomi digital. Selain itu, di seluruh Asia, banyak pendidik memanfaatkan sumber daya online seperti Microsoft Educator Community, untuk menerapkan pembelajaran Abad 21 di kelas mereka.

  • Personalisasi Pembelajaran

Meskipun personalisasi bukanlah konsep baru dalam pendidikan, teknologi telah memungkinkan penyesuaian yang lebih dalam terhadap pendekatan pembelajaran, program dan pengalaman untuk mengatasi perbedaan kebutuhan pembelajaran masing-masing siswa secara lebih baik. Dengan bertambahnya data dan analisis, strategi yang disesuaikan bisa diformulasikan untuk masing-masing siswa, dan diterapkan melalui solusi pendidikan digital tanpa harus merekrut guru tambahan karena terbatasnya jumlah guru di banyak negara di Asia.

Beberapa lembaga pendidikan tinggi di Asia telah mulai menggabungkan peralatan teknologi untuk meningkatkan personalisasi pembelajaran. Universiti Brunei Darussalam (UBD) bekerja sama dengan perusahaan teknologi lokal Mindplus Education untuk melakukan riset dan pengembangan solusi personalisasi pembelajaran yang mendukung kebutuhan siswa secara online dan di kelas dengan lebih baik.

Republic Polytechnic, sebuah lembaga pendidikan tersier di Singapura, baru-baru ini merevisi sistem manajemen pembelajarannya untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih baik yang mendukung pendidikan yang diindividualisasi dan lajunya disesuaikan sendiri oleh individu agar pelajar dapat meraih prestasi yang lebih baik.

Teknologi bukanlah jaminan solusi

Meskipun banyak peralatan dan ide teknologi yang dapat membantu menjembatani kesenjangan digital—perlu dicatat bahwa visi yang tepat dan proses yang terencana sangatlah penting bagi keberhasilan transformasi. Microsoft Education berkomitmen untuk membantu sekolah dan pemerintah mengambil langkah selanjutnya dalam transformasi digital—untuk membantu para siswa di Asia menjadi lebih berprestasi.

###