Hour of Code 2017: Membangun Dunia Pengetahuan

 |   vishnum

100 siswa, empat hari dan Minecraft: Education Edition. Hasilnya? Lebih dari 20 games pendidikan yang berbeda! Simak lebih banyak lagi tentang Hour of Code 2017 di Indonesia.

 

Nampaknya hanya sedikit yang kita ketahui dari suku Asmat, selain bahwa mereka membuat patung kayu yang indah. Dimana mereka tinggal? Bagaimana penampilan mereka? Apa yang mereka makan?

Untuk membantu orang lain belajar tentang perilaku sosial dan budaya suku-suku di Indonesia secara menarik dan mendalam, para siswa SMPN 1 Sumbergempol mengembangkan sebuah game, yaitu Asmat Tribe. Dalam game ini, para pemain harus dapat mencari jalan mereka mengarungi dunia, mencari, mempelajari dan memahami lebih banyak tentang Asmat dan budayanya dalam permainan ini.

Game ini merupakan salah satu dari 25 game yang diciptakan oleh para siswa dalam Minecraft Education Competition yang diadakan selama Hour of Code 2017 di Indonesia. Seperti edisi terbaru dari tutorial Minecraft Hour of Code, Minecraft: Hero’s Journey, kompetisi ini dirancang untuk memperlihatkan kepada siswa tentang konsep core coding, sekaligus menginspirasi mereka untuk menciptakan pengalaman belajar yang menarik dan menyenangkan bagi diri mereka dan siswa-siswi lainnya.

Kompetisi berlangsung  tanggal 11-15 Desember yang lalu, diikuti oleh lebih dari 100 siswa dari 10 sekolah yang berbeda. Dalam waktu kurang dari empat hari, para peserta diberikan pelatihan bagaimana membuat konsep, merancang dan mengembangkan game pendidikan mereka sendiri menggunakan Minecraft: Education Edition. Delapan tim pemenang kompetisi telah diumumkan kepada seluruh peserta pada 15 Desember melalui sesi Skype-a-Thon.

Tim dari MAN 14 Jakarta memenangkan kompetisi dengan Taddler Mystery End, sebuah game yang mereka kembangkan, mainkan dan bagikan.

“Metode pengajaran konvensional bisa membosankan bagi siswa, terutama di era digital ini. Pembelajaran harus menyenangkan dan interaktif agar para siswa tetap tertarik,” ungkap Mishbah, salah satu siswa pemenang dari SMAN 1 Pati. “Alat seperti Minecraft: Education Edition telah membantu meningkatkan kreativitas di kelas dan memudahkan pemahaman siswa tentang konsep dan gagasan yang sulit.”

Menciptakan dunia di dalam kelas

Untuk mendemonstrasikan kemungkinan Minecraft: Education Edition yang tak ada habisnya, Andri Pradhana, Microsoft Innovative Educator Expert (MIEE) Fellow, memamerkan game world miliknya saat sesi Skype-a-Thon.

Tersedia dalam Bahasa Indonesia, game ini terdiri dari enam tahap (stage) dengan beragam setting dunia yang unik. Untuk dapat melewati tiap stage, para siswa perlu menjawab serangkaian pertanyaan yang berkaitan dengan mata pelajaran sekolah mereka, termasuk Matematika, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Bahasa Inggris, Biologi, dan Sejarah.

Sebagai contoh, stage Ilmu Pengatuan Sosial (IPS) berada dalam set ruangan rumah; siswa perlu menjawab serangkaian pertanyaan dengan benar untuk dapat menemukan jalan keluar. Sebaliknya, jawaban yang salah akan membawa mereka ke sebuah ruangan penuh zombie, dimana mereka harus melawannya untuk dapat melarikan diri.

Stage Bahasa Inggris menghadirkan labirin puzzle, yang dilengkapi dengan petunjuk dalam Bahasa Inggris. Dengan mengikuti petunjuk secara seksama, pemain akan bisa menemukan jalan keluar dari labirin yang rumit. Kemudian mereka harus memecahkan soal matematika untuk dapat melanjutkan ke stage berikutnya.

Pradhana mengatakan bahwa ia telah merancang permainan untuk memperkenalkan murid-muridnya sebuah platform interaktif dimana mereka bisa mempraktikkan konsep yang telah dipelajari di kelas sambil bersenang-senang.

Berbagi pengalaman coding

Sesi Skype-a-Thon juga menampilkan tiga pembicara dari berbagai industri yang bercerita tentang pengalaman mereka dengan coding dan Minecraft.

Pembicara pertama adalah perwakilan dari GO-JEK, salah satu startup teknologi paling sukses di Indonesia. Vicario Reinaldo, Kepala GO-ACADEMY, pembuat program pencarian bakat (talent-grooming) GO-JEK, berbicara tentang program pengembangan yang komprehensif untuk para lulusan baru software engineering.

Meskipun keterampilan teknis seperti coding sangat diminati, dia juga mendorong siswa untuk mengembangkan keterampilan kognitif mereka seperti pemecahan masalah (problem-solving), kerjasama tim (teamwork) dan kreativitas. Keterampilan ini akan meningkatkan kemampuan kerja mereka secara signifikan—karena berlaku untuk industri apa pun, bukan hanya IT.

Aranggi Soemardjan, CEO Clevio Coder Camp, mengatakan bahwa pada awalnya dia dan sang istri mendirikan program tersebut untuk menyalurkan minat anak mereka dalam bermain game menjadi sesuatu yang lebih positif dan produktif—dan sekarang mereka ingin membantu para pemuda di seluruh dunia dalam memupuk minat mereka menjadi bakat.

Berdasarkan pengalamannya dengan beragam aplikasi dan game coding, ia memberikan wawasan kepada para guru tentang bagaimana mereka dapat bekerja dengan alat seperti Minecraft untuk mulai mengembangkan cara berpikir yang kritis (critical thinking), inovasi dan keterampilan sosial para siswa.

Benny Kusuma, Education Lead, Microsoft Indonesia, juga menampilkan Minecraft: Education Edition, dan menekankan bagaimana cara guru dan kepala sekolah dapat memanfaatkan alat ini di dalam kelas untuk dapat mewujudkan situasi kehidupan nyata menjadi pengalaman belajar yang unik.

“Cara belajar paling baik untuk para siswa adalah di saat mereka merasakan adanya keterikatan dan motivasi,” kata Benny. “Dengan memperkenalkan Minecraft: Education Edition ke dalam kelas, kami berharap dapat membantu para siswa di Indonesia untuk mengembangkan kesiapan masa depan mereka dengan pembekalan keterampilan abad ke-21, seperti problem-solving, critical thinking serta kreativitas sambil bersenang-senang.”

Untuk informasi lebih lanjut dapat mengunjungi Microsoft Education atau Microsoft Educator Community Portal.