Studi Microsoft: Pekerja Indonesia Perlu Dipersiapkan untuk Menyambut Era Digital

 |   vishnum

85% menganggap mereka adalah pekerja mobile saat ini, namun hanya 58% merasa dipersiapkan oleh organisasi mereka untuk menghadapi era digital

Jakarta, 11 April 2017 – Microsoft hari ini meluncurkan beberapa temuan dari studi “Asia Workspace 2020”[1], yang mengemukakan bahwa karyawan di Indonesia tidak merasa dipersiapkan untuk menghadapi kebutuhan pekerja di era digital.

Saat ini 85% responden dari Indonesia menganggap dirinya merupakan pekerja mobile dan menghabiskan setidaknya 20% waktu mereka di luar kantor untuk bekerja, hanya 58% merasa dipersiapkan oleh budaya organisasi dan manajer mereka untuk dapat bekerja sama secara produktif dan kolaboratif. Selain itu, hanya 38% responden setuju bahwa kepemimpinan organisasi mereka berkomitmen untuk memastikan setiap karyawan termasuk dalam rencana untuk meningkatkan kemampuan digital di lingkungan kerja.

Studi yang melibatkan 4.200 karyawan profesional dari 14 negara di Asia ini berusaha untuk memahami pergeseran perilaku karyawan dan kesenjangan di tempat kerja ketika dihadapkan dengan produktivitas, kolaborasi dan praktek fleksibilitas kerja (flexy-work). Studi ini juga melibatkan 312 responden dari Indonesia.

Davina Yeo – COO Microsoft Indonesia

“Asia telah menjadi kawasan yang paling terhubung – dengan lebih dari setengah dari semua koneksi mobile dunia akan berasal dari Asia pada 2021[2], sehingga organisasi perlu memikirkan kembali bagaimana mereka memberdayakan tenaga kerja mereka dengan budaya, kebijakan, infrastruktur dan perangkat yang tepat untuk memaksimalkan potensi mereka. Hal ini juga termasuk memungkinkan kolaborasi dari mana saja, pada perangkat apapun. Namun, sangatlah penting bagi para pemimpin bisnis untuk mengevaluasi dan menerapkan perubahan untuk melawan tantangan budaya dan manajemen yang menghambat karyawan untuk bekerja secara lancar dari mana pun mereka berada, yang nantinya dapat menghambat pertumbuhan dan kemajuan organisasi di era digital,” kata Davina Yeo, Chief Operating Officer, Microsoft Indonesia.

Tenaga Kerja Melek Digital Adalah Kunci Dari Transformasi Digital
Versi awal dari Studi yang dilakukan tahun 2015 menemukan bahwa 59 dari 100 responden di Indonesia siap untuk memasuki “New World of Work”, dimana organisasi telah memiliki Sumber Daya Manusia, Tempat dan prinsip-prinsip Teknologi yang tepat di tempat kerja untuk menciptakan tenaga kerja yang produktif, kolaboratif dan inovatif. Tahun ini, 63 dari 100 responden merasakan hal yang demikian sehingga menunjukkan bahwa organisasi di Indonesia telah melengkapi prinsip-prinsip “New World of Work”.

Tapi di luar faktor Sumber Daya Manusia, Tempat dan Teknologi,, munculnya revolusi industri ke-4 juga mempercepat laju transformasi. Studi Microsoft Asia Digital Transformation terbaru yang dilakukan pada akhir 2016 menemukan bahwa ‘Memberdayakan Karyawan’ adalah prioritas nomor satu transformasi digital pada kalangan pemimpin bisnis Indonesia. Di sisi lain, memiliki tenaga kerja terampil digital adalah salah satu dari dua hambatan dalam transformasi digital mereka.

Pilar transformasi digital, ‘Memberdayakan karyawan’ mendorong organisasi untuk menggunakan teknologi untuk membantu karyawan untuk terhubung dan bekerja dari mana saja, serta berkolaborasi dan berbagi pengetahuan secara digital

Gaya Kerja dan Konflik Organisasi Perlu Ditangani
Sudah jelas bahwa tenaga kerja profesional mobile di Asia sedang menjalani proses flexy-work saat ini, dan organisasi harus melihat praktek-praktek tempat kerja baru, terutama dengan masuknya karyawan yang melek digital(lahir setelah tahun 2000) memasuki dunia kerja untuk pertama kalinya.

Lebih dari separuh responden (62%) menghargai integrasi pekerjaan dan gaya hidupdi mana batasan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi telah menjadi kabur, namun di sisi lain telah memungkinkan para profesional yang mobile untuk dapat berkolaborasi dan bekerja secara virtual.

Studi juga menemukan bahwa organisasi perlu mengatasi beberapa tantangan struktural di tempat kerja untuk mempersiapkan diri untuk menghadapi era digital, serta praktek flexy-work:

  1. Pemimpin organisasi merupakan orang yang mampu untuk mendorong praktek flexy-work di tempat kerja: Hanya 38% responden yang setuju bahwa kepemimpinan organisasi mereka telah berkomitmen dalam menjembatani kemampuan dan kesenjangan digital di tempat kerja.
  2. Budaya di dalam organisasi adalah hal yang penting: Hanya 43% responden yang setuju bahwa organisasi mereka telah berinvestasi dalam pengembangan budaya melalui pelatihan dan pengembangan yang dipimpin oleh pihak SDM
  3. Akses ke teknologi yang lebih baru dan data-centric untuk meningkatkan kolaborasi dan produktivitas: Hanya 39% responden yang merasa bahwa organisasi mereka telah berinvestasi dalam perangkat analisis dan data untuk membantu mereka membuat keputusan yang tepat dan cepat; hanya 42% responden setuju bahwa organisasi mereka telah memberi mereka perangkat untuk menyederhanakan alur kerja di organisasi mereka.

New World of Teams Membutuhkan Pendekatan baru
Pergeseran tempat kerjatidak diragukan lagi telah menimbulkan cara-cara baru untuk bekerja, di mana teknologi telah memungkinkan peningkatan kerjasama antara individu dan tim di tempat yang berbeda. Namun, studi ini menemukan bahwa ada kesenjangan tertentu pada saat ini yang menghambat kolaborasi dan hasil produktif dari tim.

Lima tantangan utama tersebut antara lain:

  1. Terlalu banyak mengambil waktu untuk melatih anggota baru di dalam tim (33%)
  2. Terlalu banyak pertemuan tatap mukayang mengganggu produktifitas mereka (31%)
  3. Anggota tim tidak akomodatif dengan jadwal flexy-work (29%)
  4. Tim terlalu kaku dan tidak bisa membuka diri dengan cara bekerja yang baru (25%)
  5. Tim membutuhkan banyak waktu untuk merespon isu-isu internal (21%)

Namun, responden merasa bahwa akses teknologi untuk kolaborasi (56%), serta manajemen terbuka (41%), dan kepemimpinan dengan visi yang kuat (41%) dapat membantu membangun tim yang lebih kolaboratif.

Akses ke Teknologi Kolaborasi yang Terbaru Akan Meningkatkan Produktivitas
Studi juga menemukan bahwa responden mencari perangkat yang lebih baik untuk membantu mereka menjadi lebih produktif di tempat kerja. Di luar kebutuhan hardware, 37% responden berharap untuk memiliki akses ke informasi dan data pada perangkat mobile mereka dan 32% responden berharap dapat memiliki akses ke perangkat produktivitas berbasis awan (cloud).

Ketika ditanya tentang teknologi terkini yang akan membantu membangun lingkungan kerja yang lebih baik pada tahun 2020:

  • 50% responden berpikir bahwa artificial intelligence akan membantu dalam menyelesaikan tugas secara mandiri
  • 42% berharap real-time intelligence akan membantu mereka membuat keputusan di tempat kerja
  • 40% responden ingin perusahaan memiliki jaringan sosial dengan kemampuan video dan suara untuk meningkatkan kolaborasi

“Perubahan sifat pada pekerjaan, bagaimana karyawan berkolaborasi dan bekerja sama akan berpengaruh kedepannya. Hal tersebut menjadi penting bagi pemimpin bisnis dan pemimpin SDM untuk mencari cara untuk memberdayakan individu dengan lebih baik lagi dan menghilangkan hambatan untuk berkolaborasi pada era digital, terutama ketika studi ini jelas mengidentifikasi celah-celah yang dapat diminimalisir dengan teknologi. Namun, juga penting bagi organisasi untuk menjembatani kesenjangan antara kepemimpinan dan karyawan dengan lebih berfokus pada orang-orang dan budaya,” tambah Davina.

Microsoft baru saja meluncurkan Microsoft Teams yang dapat menyatukan orang, percakapan dan konten dengan perangkat yang dibutuhkan oleh tim. Microsoft Teams terintegrasi dengan aplikasi Office yang berbasis pada Office 365 dan jaringan cloud global Microsoft yang aman.

Microsoft Teams dibuat berdasarkan empat pilar:

  • Chat for Today’s Team. Microsoft Teams memberikan pengalaman percakapan yang modern, dengan thread yang memungkinkan semua orang yang terlibat untuk dapat membaca pesan. Percakapan dapat dibuat terlihat seluruh tim atau hanya dapat dibaca oleh orang-orang tertentu, dan pengguna dapat mengakses beberapa tim, sehingga memudahkan untuk beralih di antara proyek-proyek yang sedang dikerjakan.
  • A hub for teamwork. Aplikasi dan layanan Office yang digunakan oleh tim setiap hari – Word, Excel, PowerPoint, SharePoint, OneNote dan PowerBI- telah terintegrasi di dalam Microsoft Teams, sehingga semua orang memiliki informasi dan perangkat yang mereka butuhkan.
  • Customization for Every Team. Microsoft Teams menawarkan kemampuan untuk menyesuaikan ruang kerja dengan tab, konektor dan bot dari mitra pihak ketiga serta layanan Microsoft lainnya seperti Microsoft Planner dan Visual Studio Team Services.Hari ini, lebih dari 150 integrasi telah tersedia atau akan segera hadir melalui perusahaan seperti SAP, Trello, Hipmunk, Growbot dan ModuleQ.
  • Security teams trust. Microsoft Teams dibuat dengan standar sangat tinggi, enterprise-grade cloud Office 365, memberikan kemampuan keamanan dan penyesuaian keamanan yang canggih seperti harapan pengguna. Teams mendukung standar global termasuk SOC 1, SOC 2, EU Model Clauses, ISO27001 dan HIPAA.
Microsoft Teams: workspace berbasis chat untuk berkolaborasi

Pelanggan di seluruh dunia telah menggunakan Microsoft Teams untuk mempermudah kolaborasi dalam organisasi mereka. Sejak mengumumkan preview pada bulan November, lebih dari 50.000 perusahaan telah menggunakan Microsoft Teams, termasuk Alaska Airlines, ConocoPhillips, Deloitte, Expedia, J.B. Hunt, J. Walter Thompson, Hendrick Motorsports, Sage, Trek Bicycle dan Three UK. Di Asia, perusahaan seperti Agate Studio, Amicus, Blackmores, Graincorp, Objective Corporation, Readify, RSL Queensland telah mengadopsi Microsoft Teams untuk tempat kerja mereka.

Davina Yeo – COO Microsoft Indonesia, Wiradeva Arif – CoFounder Agate & Lucky Gani – Business Group Head Microsoft Indonesia

Wiradeva Arief, Co-Founder Agate Studio mengatakan bahwa integrasi Office 365 dengan Microsoft Teams memungkinkan tim untuk mengerjakan sebuah pekerjaan secara bersama-sama dan dapat tetap mendapatkan informasi terbaru dengan konten-konten yang tersedia secara cepat. “Manfaat yang kita lihat dari Microsoft Teams yang terhubung dengan Office 365 cukup besar. Kami mampu bekerja sebagai satu tim, secara real time, membantu kami membuat keputusan lebih cepat, mendorong keterlibatan dan koneksi dalam bisnis.”

https://www.youtube.com/watch?v=n9liAqvtvIA

Bagi Anda yang tertarik untuk mencoba chat-based workspace terbaru dapat mencoba menggunakan Microsoft Teams sekarang. Untuk rincian lebih lanjut tentang Microsoft Teams, kunjungi blog resmi Microsoft di sini.

Klik untuk perbesar

[1]  Studi Microsoft Asia Workplace 2020 dilakukan antara bulan Februari dan Maret 2017 melibatkan 4.175 respondedn di 14 negara di Asia.  14 negara tersebut termasuk Australia, Tiongkok,, Hong Kong, Indonesia, India, Jepang, Korea, Malaysia, Selandia Baru, Filipina, Singapura, Taiwan, Thailand dan Vietnam. Seluruh responden diharuskan memenuhi persyaratan untuk bekerja setidaknya 30 jam dalam seminggu dengan status tetap, atau menghabiskan setidaknya 20 jam seminggu untuk posisi paruh waktu.

[2]eMarketer, Most of the World’s Mobile Connections Are in Asia Pacific, https://www.emarketer.com/Article/Most-of-Worlds-Mobile-Connections-Asia-Pacific/1014256