Asia Merupakan Garda Terdepan Berikutnya Dalam Pengembangan AI

 |   vishnum

Oleh Haris Izmee, Direktur Utama Microsoft Indonesia

Dalam beberapa tahun terakhir, Artificial Intelligence (AI) telah mengalami percepatan hingga menjadi pusat perhatian – berkembang dari yang sebelumnya hanya sekedar topik khayalan dan fiksi ilmiah, menjadi sebuah topik yang kini mendominasi percakapan saya dengan pelanggan, mitra, dan pemimpin-pemimpin industri di Asia, termasuk juga Indonesia.

Perjalanan AI hingga saat ini merupakan perjalanan panjang – hampir tujuh dekade dalam proses pengembangan. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, pertemuan antara big data, ubiquitous dan komputasi awan yang kuat, seiring dengan berbagai terobosan dalam algoritme perangkat lunak dan pembelajaran mesin telah menciptakan skenario baru yang menarik dalam kemungkinan penggunaan AI.

Di Indonesia sendiri, AI telah dimanfaatkan secara signifikan untuk memajukan sistem pemerintahan. Sebagai contoh, teknologi AI memungkinkan pemerintah Jakarta untuk memprediksi berapa banyak bus Transjakarta yang perlu dikerahkan selama jam sibuk untuk memastikan tidak ada penumpukan penumpang di halte bus. Atau bagaimana AI telah membantu pemerintah memperkirakan data aliran air untuk mengantisipasi banjir.

Hari ini, AI berada pada pusat transformasi digital pada organisasi dan bahkan bangsa-bangsa. Pada tahun 2019, IDC memprediksi bahwa 40% inisiasi transformasi digital akan disokong oleh AI dan kemampuan kognitif yang akan menyediakan wawasan kritis dan tepat waktu bagi proses pergerakan dan perputaran uang yang baru di regional ini.

 (Baca di sini mengenai bagaimana transformasi digital akan memberikan kontribusi lebih dari US$1 Triliun bagi PDB Asia Pasifik pada tahun 2021, di mana AI adalah pemicu utama pertumbuhan ekonomi di masa depan)

Dengan imajinasi dan data dalam jumlah besar, AI dapat mendatangkan manfaat dalam skala yang besar. Sebagai contoh, izinkan saya berbagi dengan Anda tentang bagaimana Microsoft dan mitra kami membantu para wisatawan di Jepang untuk menemukan jalan dengan mudahnya. Terhitung sebanyak 28 juta pengunjung Jepang setiap tahunnya dan, dengan diselenggarakannya Olimpiade Tokyo tahun 2020 mendatang, angka tersebut diprediksi meningkat.  Seperti yang diketahui umumnya, berkeliling kota di Jepang bisa jadi cukup menakutkan bagi para turis – di sini AI dapat membantu.

YouTube Video

Miko adalah sebuah chatbot AI dan bintang baru pada aplikasi seluler baru Japan Trip Navigator. Diciptakan oleh Microsoft bekerja sama dengan agen perjalanan JTB Corp dan perusahaan NAVITIME Co, Miko memberikan informasi real-time dari sumber resmi serta dari pengguna lain aplikasi tersebut. Miko juga dapat membantu pemesanan hotel dan keperluan lainnya melalui aplikasi.

Lebih dari itu, salah satu kemampuan yang lebih cangggih dan menarik Miko adalah adanya fungsi pengenalan gambar dengan menggunakan platform Cognitive Services AI dari Microsoft yang memungkinkan aplikasi untuk menyediakan informasi bagi para pengguna melalui foto-foto yang mereka ambil.

Di Indonesia, Microsoft yang bermitra dengan LINE, sebuah cognitive AI dibuat layaknya seorang gadis sekolah, Rinna telah membawa fungsionalitas dan hubungan emosional dengan hampir 1,6 juta orang di Indonesia hingga hari ini. Percakapan yang Rinna lakukan dengan penggunanya berkisar dari saran tentang kegiatan apa yang harus dilakukan hari ini hingga bersenang-senang bersama dengan permainan yang menarik. Dengan menggunakan algoritma pembelajaran mesin yang canggih termasuk teknologi kognitif, tanggapan Rinna mencerminkan apa yang akan dikatakan seorang gadis remaja dalam membantu temannya – hal ini akan mendorong pengguna untuk menjadi lebih cerdas secara emosional.

Asia akan menjadi kunci pengembangan AI secara global

Wilayah asia secara unik akan memainkan peran penting dalam pengembangan AI dalam skala besar. Terdapat tiga alasan utama untuk menjelaskan hal tersebut :

AI membutuhkan data : AI bergantung pada data untuk bisa berfungsi; Semakin banyak data yang dimasukkan ke dalam sistem AI, semakin baik pula kinerjanya. Asia merupakan wilayah yang lebih terkoneksi secara digital dan dapat menyediakan data dengan jumlah yang sangat besar – yang dibutuhkan sistem AI untuk berkembangTentunya, kehadiran AI memunculkan beragam pertimbangan-pertimbangan etis, misalnya, akses dan penggunaan data yang pantas. Di Microsoft, kami memiliki enam prinsip etika – keadilan, reliabilitas dan keamanan, kerahasiaan dan keamanan, inklusivitas, transparansi, dan akuntabilitas – sebagai arahan bagi pengembangan lintas disiplin dan penggunaan artificial intelligence.

AI membutuhkan bakat : Sambil kita menanti adopsi teknologi AI secara massal tahun ini, jalan panjang masih harus ditempuh untuk mengembangkan program AI yang lebih kuat dan canggih. Untuk mencapai hal tersebut, dibutuhkan bakat-bakat terbaik pada bidang sains, teknologi, engineering, dan matematika (STEM) dalam jumlah yang besar yang dapat diberdayakan oleh perusahaan-perusahaan teknologi dan lembaga penelitian  untuk meningkatkan kapabilitas AI. Di Indonesia, Microsoft bekerjasama dengan YCAB Foundation meluncurkan Microsoft Digital Skills di Kupang, setelah sebelumnya sukses dilaksanakan di Jambi, Jakarta, dan Yogyakarta. Generasi Bisa! Juga diperkenalkan sebagai platform ketenagakerjaan yang menghubungkan para lulusan SMA/SMK dengan perusahaan pencari tenaga kerja. Selain itu, para peserta Microsoft Digital Skills juga akan mempelajari konsep cara berpikir struktural dan ilmu komputer dasar selama sesi Hour of Code (HoC).

Di Microsoft, kami menyadari adanya potensi untuk mengakses bakat-bakat teknik yang berasal dari Asia 20 tahun lalu, ketika kami mendirikan Microsoft Research Asia di Beijing tahun 1998. Kami juga memiliki laboratorium serupa –  Microsoft Research India – yang berada di Bangalore dan dua fasilitas kelas dunia ini kerap mencapai kemajuan-kemajuan industri yang terkemuka dalam dunia AI. Sebagai contoh, Microsoft Research Asia adalah bagian dari tim global kami yang baru-baru ini mengembangkan sistem mesin penerjemah pertama yang dapat menerjemahkan artikel-artikel berita dari Bahasa Tionghoa ke Bahasa Inggris dengan kualitas dan akurasi yang sama dengan manusia.

AI membutuhkan adopsi : Seperti yang telah dinyatakan sebelumnya, semakin banyak data yang disediakan ke dalam sistem AI, semakin baik kinerjanya. Salah satu aspek unik Asia adalah populasi generasi muda yang besar, yang terlahir dalam dunia digital. PBB memperkirakan sebanyak 60% populasi generasi muda dunia berada di Asia Pasifik. “Generasi digital” ini lebih mudah menerima tekonologi digital dalam kehidupan mereka. Tidak hanya itu, banyak negara-negara di Asia yang secara historis merupakan pengguna-pengguna baru teknologi peninggalan, memungkinkan negara-negara tersebut melampaui negara-negara lain yang bergantung pada infrastruktur yang sudah tua dan menggunakan cara-cara baru untuk hidup dan bekerja.

Xuedong Huang, rekan teknisi yang bertanggung jawab dalam pengembangan mesin berbicara, bahasa natural dan penerjemah. (Foto oleh Scott Eklund/Red Box Pictures)
Investasi AI di Asia oleh Microsoft

Kami semangat menyambut masa depan AI di wilayah ini dan saya beserta tim telah memprioritaskan empat dasar penting untuk memastikan kami mampu untuk memanfaatkan AI secara optimal dengan pelanggan dan mitra kami saat ini dan untuk jangka panjang.

  1. Mengembangkan kapabilitas AI : Revolusi AI tidak akan terjadi tanpa bakat-bakat STEM kelas dunia yang menjalankan proses R&D, serta penciptaan program dan aplikasinya. Kami akan terus mengadakan kerja sama dengan pemerintahan, lembaga dan organisasi industri untuk mengembangkan kapabilitas AI di wilayah ini. Salah satu contoh bagus mengenai hal ini, investasi terbaru kami sebesar US$33 Juta, bekerja sama dengan Pemerintah Taiwan untuk mendirikan AI R&D Hub di Taiwan untuk mendukung transformasi teknologi dan sektor industri di Taiwan.
  2. Mengembangkan ekosistem kemitraan : Kami fokus pada transformasi ekosistem mitra IT kami di Asia untuk memungkinkan setiap mitra membawa kapabilitas AI ke pasar, dengan fokus yang lebih besar pada pemerintahan, edukasi, kesehatan, manufaktur, layanan finansial, dan sektor ritel. Untuk mewujudkan hal tersebut, kami baru-baru ini mengumumkan bahwa kami mempersiapkan sebanyak $500 juta untuk dua tahun ke depan sebagai penawaran kerjasama penjualan dengan perusahaan-perusahaan startup, termasuk akses teknologi kami, dan ruang-ruang komunitas baru yang mempromosikan kerja sama dalam ekosistem lokal dan global.
  3. Menciptakan platform AI : Kami akan terus memperkuat platform komputasi awan skala besar kami – Microsoft Azure – dan kemampuannya untuk menghasilkan kapabilitas AI yang kuat dengan cara yang aman di wilayah ini. Saat ini, Azure tersedia bagi pelanggan di 140 negara di seluruh dunia melalui 50 regional Azure di seluruh dunia, lebih banyak daripada penyedia layanan komputasi awan lainnya, termasuk 15 wilayah di Asia. Hal tersebut menyediakan pelanggan dan mitra kami ruang yang diperlukan untuk menghadirkan program AI dengan skala besar secara aman di berbagai belahan dunia.
  4. Melatih kembali tenaga kerja Asia : Kami berkomitmen untuk bekerja sama dengan organisasi pemerintah dan swasta untuk membantu melatih kembali tenaga kerja yang ada untuk berkembang dalam dunia digital baru yang didukung oleh AI. Sebagai contohnya, kami baru saja meluncurkan National Skills Program di Australia Selatan bekerja sama dengan Departemen Pengembangan Negara Bagian dan Kota Salisbury untuk menyediakan keterampilan digital bagi pekerja di bidang rantai pasokan otomotif, yang banyak diberhentikan karena ditutupnya pabrik manufaktur Holden di Elizabeth pada akhir tahun 2017.

Sebagai penutup, saya sangat yakin bahwa ini adalah abad untuk Asia. Dan AI menawarkan kepada wilayah ini sebuah peluang yang belum pernah ada sebelumnya untuk pertumbuhan, produktivitas, dan inovasi serta potensi untuk menjawab tantangan-tantangan sosial yang sangat penting di wilayah ini.

Selama 23 tahun terakhir, Microsoft Indonesia telah bermitra dengan pemerintah dan organisasi non-profit di Indonesia untuk membantu generasi muda mengembangkan keterampilan digital mereka. Hal ini akan terus dilaksanakan untuk memastikan generasi muda Indonesia dapat menciptakan kelompok yang kuat dengan kemampuan sains, teknologi, teknik dan matematika (STEM) yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan teknologi dan lembaga penelitian untuk memajukan kemampuan AI di Indonesia dan berkontribusi pada kemajuan di Asia secara keseluruhan.

Ini akan menjadi perjalanan yang menarik; jadi kenakan sabuk pengaman – revolusi akan dimulai!