Lawan Malnutrisi dengan Kecerdasan Buatan

 |   Microsoft Indonesia

saadf

Memberantas malnutrisi pada anak dengan perawatan yang intensif melalui Aplikasi Children Growth Monitor Microsoft

Menjadi salah satu masalah terbesar di dunia, malnutrisi adalah masalah serius yang perlu diperhatikan oleh masyarakat sedunia. Di Indonesia sendiri, ada sekitar 17,8% anak di bawah usia 5 tahun yang mengalami kekurangan gizi. Bahkan bayi di bawah lima tahun yang mengalami perlambatan pertumbuhan (stunting) pada tahun 2015 mencapai 36,4%, lebih tinggi 20% dari ambang batas WHO, menjadikan Indonesia wilayah tertinggi kedua di Asia Tenggara dengan masalah pertumbuhan ini. Sayangnya, Indonesia bukan satu-satunya negara yang berjuang melawan malnutrisi — menurut Survei Kesehatan Keluarga Nasional, 35,7% anak-anak India di bawah lima tahun mengalami kekurangan gizi, sekitar 38,4% mengalami perlambatan pertumbuhan dan sekitar 24% tidak mampu menerima asupan nutrisi dengan sempurna, atau memiliki rasio berat badan yang rendah. Secara keseluruhan, 14,8% populasi di India mengalami kekurangan gizi.

Welthungerhilfe, salah satu lembaga bantuan swasta terbesar di Jerman dan karyawan dari Microsoft Jerman, saat ini ambil bagian dalam sebuah proyek, yang menggunakan Kecerdasan Buatan (AI) dan komputasi awan untuk mengubah cara bagaimana pemerintah, organisasi nirlaba dan lembaga-lembaga sosial menemukan dan menangani kasus kekurangan gizi pada anak-anak secara global. Jochen Moninger, Innovation Director, Welthungerhilfe, bersama timnya saat ini mengembangkan aplikasi smartphone bertenaga AI yang disebut Child Growth Monitor (CGM) yang dapat memindai anak-anak dan langsung mendeteksi apabila terdapat kekurangan gizi. Aplikasi ini menggunakan sensor inframerah yang tersedia di beberapa smartphone untuk menangkap pengukuran 3D dari tinggi badan, volume tubuh, dan rasio berat anak, serta lingkar kepala dan lengan atas hingga dalam ukuran milimeter. Kemudian, data yang dikumpulkan dalam aplikasi ini dimuat ke Microsoft Azure. Ahli gizi dan TI lantas dapat mengevaluasi hasul pemindaian menggunakan solusi Microsoft AI, yang secara tepat dapat menunjukkan kesehatan pola makan anak. Para ahli kemudian menginput data tersebut kembali ke dalam aplikasi, dengan tujuan melatih algoritma untuk mampu membaca dan mengukur data dengan tepat.

Aplikasi ini sedang diujicobakan di India menggunakan model pembelajaran mendalam dari layanan Microsoft Azure’s Artificial Intelligence (AI). Di masa depan, aplikasi Child Growth Monitor akan membantu mendeteksi kekurangan gizi pada anak-anak di tahap awal, memberi mereka perawatan yang khusus, membantu lebih banyak masyarakat dengan sumber daya yang terbatas. Sulit untuk melihat secara kasat mata apakah seorang anak menderita kekurangan gizi atau tidak. Mengukur berat badan secara manual dan tolok ukur lainnya merupakan proses dengan resiko kesalahan yang tinggi. Perangkat dengan kalibrasi khusus juga memiliki sensitivitas tinggi dan tidak cocok digunakan di daerah terpencil karena ukurannya yang besar sehingga akan terkendala saat dibawa ke daerah terpencil.

Aplikasi cerdas ini memiliki kemampuan untuk terus meningkatkan model datanya dan di masa depan dapat memperbaiki kualitas prediksi status kesehatan dan gizi anak-anak. Lebih dari seratus ribu pemindaian anak-anak 3D dibutuhkan untuk menghasilkan perkiraan yang valid. “Untuk dapat menganalisis data dalam jumlah besar ini, kami juga bergantung pada pengetahuan-pengetahuan yang kami dapat secara eksternal” kata manajer WHH Moninger.

Susanne Mehrtens, Senior Industry Marketing Manager, Microsoft Jerman menyatakan, “Data dengan jumlah yang besar memiliki kompleksitas yang tinggi sehingga membutuhkan teknologi canggih untuk mengakomodasi kebutuhan Welthungerhilfe. Layanan AI Azure memberikan solusi yang terus meningkatkan kemampuan diri mengambil keputusan dari data-data yang mereka simpan. ” Di  bulan Oktober, Mehrtens merupakan bagian dari tim yang beranggotakan enam orang dari Welthungerhilfe, Microsoft Jerman dan agensi digital PAGES Media, yang melakukan perjalanan ke Sawadi dan Heerapur – dua desa di negara bagian India Madhya Pradesh – untuk mencari ide teknologi untuk Children Growth Monitor secara nyata. Mereka ingin mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang permasalahan nyata di dunia ini, membantu memperbaiki masa depan. Perjalanan Mehrtens untuk terjun secara langsung ini menunjukkan pengetahuannya yang mendalam.

Secara keseluruhan, proyek ini sudah memiliki dampak yang besar dan menunjukan bahwa teknologi modern mampu membuat perubahan nyata dalam mengatasi kelaparan. Aplikasi ini tidak hanya akan mampu memeriksa anak dalam jumlah lebih banyak, namun juga menghasilkan pengukuran yang akurat, menghasilkan jauh lebih banyak anak yang memperoleh bantuan nutrisi.

Meskipun masih dalam tahap uji coba, aplikasi ini dapat berkontribusi besar terhadap pemberantasan gizi buruk setelah sepenuhnya dirilis. Dengan aplikasi ini, pemerintah dan LSM dapat menargetkan dengan lebih baik anak-anak yang membutuhkan nutrisi tambahan, mengoptimalkan pengiriman makanan dan pasokan kebutuhan untuk pemenuhan nutrisi tersebut. Di Indonesia, teknologi ini pasti akan bermanfaat dalam menargetkan bantuan ke daerah-daerah terpencil dan membantu meningkatkan jumlah anak penerima manfaat persediaan nutrisi ini. Semoga kelak dengan bantuan aplikasi berbasis AI ini, jumlah anak yang menderita malnutrisi di Indonesia bisa semakin berkurang atau bahkan menghilang sama sekali.