Oleh : Tony Seno Hartono, National Technology Officer, Microsoft Indonesia
Pada saat ini kita hidup di era Revolusi Industri Keempat, masa di mana sedang terjadi berbagai kemajuan teknologi yang memungkinkan berbagai inovasi yang tidak terduga dan mendisrupsi banyak perusahaan besar yang sudah mapan di berbagai sektor.
Sektor manufaktur termasuk sektor yang terdisrupsi meskipun belum secara signifikan terdisrupsi di beberapa sektor-sektor lain, seperti sektor keuangan, sektor retail, dan sektor komunikasi.
Namun demikian, ada beberapa disrupsi di sektor manufaktur juga cukup mengejutkan. Misalnya teknologi robotika dan pencetakan 3D membuat Amerika Serikat dan Eropa bisa bersaing dengan Cina. Rethink Robotics, Universal Robots memiliki sensor-sensor yang mendeteksi apa yang terjadi di sekitar mereka, dan memiliki layar yang menunjukkan emosinya. Biaya pengoperasian robot-robot tersebut juga lebih murah daripada manusia, dan bisa bekerja 24 jam dalam sehari. Robot-robot semacam ini mendisrupsi peta industri manufaktur yang sekarang dikuasai Cina yang padat karya.
Ekonomi Sebagai Layanan
Selain dari disrupsi yang disebabkan kemajuan teknologi, disrupsi juga didorong oleh tren ekonomi sebagai layanan. Model ekonomi ini mengandalkan layanan dan tumbuh subur di sektor-sektor transportasi, keuangan, retail, kesehatan, dan lain-lain.
Salah satu contohnya adalah kebutuhan orang untuk membeli mobil sekarang sudah jauh berkurang, karena orang bisa pergi kemana-mana menggunakan layanan taksi online, yang dibayar melalui uang elektronik. Jika perusahaan manufaktur otomotif tidak mengantisipasi hal ini, maka di masa depan perusahaan ini akan kalah bersaing dengan pemain pemula yang siap dengan model ekonomi ini.
Tahapan Transformasi Digital
Untuk menghadapi perubahan ini, maka perusahaan harus melakukan transformasi digital dengan prioritas utama (1) meningkatkan efisiensi, pengurangan biaya, dan jika hal ini sudah tercapai maka maju ke prioritas berikut yaitu (2) menciptakan inovasi-inovasi baru dan mengembangkan sumber pendapatan baru. Di tahapan ini maka diperlukan data dari berbagai sumber untuk digunakan sebagai sumber utama untuk otomatisasi, optimasi, sampai perubahan model bisnis yang mengikuti model ekonomi sebagai layanan.
Teknologi Transformatif di Manufaktur
Ada berbagai teknologi yang mendorong transformasi di industri manufaktur, diantaranya yang terpenting adalah :
- Robotika, dulunya hanya digunakan untuk melakukan tugas yang membosankan dan berulang di jalur perakitan. Sekarang sudah memiliki beberapa keahlian manusia seperti bisa belajar, memiliki indera perasa untuk mengetahui keadaan di sekitar, bisa memutuskan sendiri, dan bisa berkolaborasi dengan manusia atau pun robot lain, sehingga semakin berguna dalam industri manufaktur. Robot-robot ini bisa menggantikan tenaga manusia, misalnya untuk bekerja di tempat-tempat yang berbahaya, atau yang membutuhkan ketelitian ekstra.
- Percetakan 3D, ini teknologi yang meningkatkan efektivitas karena teknologi ini bisa mengurangi persediaan komponen cadangan, terutama untuk komponen yang jarang rusak namun harganya mahal, dan sangat ekonomis untuk membuat prototipe sebelum produksi massal.
- Internet untuk Segala (IoT) mengubah seluruh komponen di dalam pabrik menjadi cerdas dengan cara memasang sensor-sensor, mengumpulkan data, untuk kemudian diproses melalui kecerdasan buatan untuk menggerakkan robot atau untuk mendapatkan analisis prediktif.
- Kecerdasan Buatan dan Pembelajaran Mesin (AI dan ML) mengolah data yang didapat dari IoT dan berbagai sumber lain, dan memberikan berbagai macam informasi wawasan, seperti prediksi perilaku konsumen, atau saran-saran untuk meningkatkan suatu proses di pabrik, sampai menggerakkan semua robot di dalam pabrik. Penerapan kecerdasan buatan meningkatkan kualitas tapi tetap efisien.
- Data besar (Big Data) diperlukan untuk menyimpan seluruh data dari IoT dan berbagai sumber lain. Data Besar memiliki kapasitas tidak terbatas, dan mampu mengantisipasi pertumbuhan data yang luar biasa. Melalui data besar, manufaktur mampu memutuskan segala sesuatunya berdasarkan data.
- Virtual Reality dan Augmented Reality (VR atau AR), teknologi yang membawa penggunanya ke suatu lingkungan maya yang menyimulasi situasi sebenarnya. VR/AR memberi umpan balik pendengaran, visual, dan beberapa diantaranya memberikan umpan balik rasa sentuhan (haptic). Melalui teknologi ini manufaktur bisa menyimulasikan segala sesuatu mulai dari lantai pabrik hingga simulasi produk akhir.
- Komputasi Kinerja Tinggi (HPC), merupakan agregasi komputer berdaya tinggi yang memberikan kekuatan komputer super yang jauh lebih cepat daripada komputer desktop atau workstation. Komputer Kinerja Tinggi bermanfaat untuk menyelesaikan berbagai simulasi untuk keperluan penelitian dan pengembangan dengan jauh lebih cepat.
- Kembaran Digital (Digital Twin) adalah pemodelan benda-benda fisik melalui perangkat lunak. Kembaran Digital bisa digunakan untuk mengidentifikasi kesalahan-kesalahan dalam proses desain atau pemecahan suatu masalah melalui model-model digital yang merepresentasikan fisiknya.
- Platform aplikasi komputasi awan (cloud) menyediakan pendekatan modern untuk mengembangkan dan menggunakan aplikasi perangkat lunak. Pendekatan ini secara bertahap menggantikan model klien / server lama.
- Platform komputasi awan Hibrida, menggabungkan keunggulan komputasi awan tradisional dengan server on–premise. Model hibrid memiliki (1) latensi yang jauh lebih singkat karena lokasi server bisa di dalam pabrik, (2) mobilitas tinggi karena tidak selalu terhubung ke internet, (3) memenuhi standar keamanan, privasi, kedaulatan data karena lokasi dan pengolahan server bisa dilakukan secara lokal.
Tantangan Transformasi Digital
Dalam melakukan transformasi digital pada umumnya perusahaan dihadapkan dengan berbagai tantangan seperti :
- Pengelolaan risiko di dalam konteks perubahan tidak menentu dari makro-ekonomi dan geo-politik, dan perlunya penghematan dan peningkatan efisiensi melalui otomatisasi.
- Keterhubungan data dan informasi yang cepat di dalam rantai pasokan yang semakin kompleks
- Kebutuhan tenaga ahli yang memahami berbagai teknologi transformatif dan penerapannya di dalam manufaktur secara holistik mau pun per kasus
- Pelanggan semakin muda, sulit dipahami, dan berbeda karakteristik dengan pelanggan yang lama, sehingga perusahaan harus lebih inovatif dan adaptif terhadap pelanggan.
- Kemampuan untuk bergerak dan beradaptasi lebih cepat lagi untuk bersaing di lanskap yang sangat kompetitif.
- Kemampuan untuk melakukan diversifikasi usaha, menemukan sumber-sumber pendapatan baru, membentuk ekosistem baru, dan memanfaatkan data yang dipakai bersama, untuk bertahan dan berkembang.
- Tantangan sosial karena penekanan pada efisiensi melalui otomatisasi berdampak pada berkurangnya kebutuhan sumber daya manusia
- Ketidakjelasan dari sisi regulasi, karena lambatnya regulator untuk mengantisipasi perubahan yang cepat ini.
Indonesia 4.0
Selama bertahun-tahun, industri manufaktur merupakan salah satu industri yang berkontribusi terhadap nilai perekonomian Indonesia, dengan laju pertumbuhan yang stabil. Bahkan menurut laporan World Bank tahun 2017, Indonesia mampu menempati peringkat tertinggi di Asean untuk kontribusi sektor manufaktur terhadap ekonomi dunia dengan kontribusi 20.5%. Adanya tantangan-tantangan di atas harus segera dibahas lebih lanjut agar Indonesia dapat mencapai potensinya secara penuh di era ekonomi digital saat ini. Tentunya adopsi dan optimalisasi penggunaan teknologi di industri manufaktur bisa membantu menjawab berbagai tantangan ini.
Salah satu langkah yang dilakukan pemerintah Indonesia untuk mendorong transformasi digital adalah melalui pencanangan Indonesia 4.0 untuk mengikuti tren Revolusi Industri 4.0, sehingga diharapkan industri manufaktur bisa berkontribusi untuk mempercepat tercapainya visi ini melalui transformasi digital di masing-masing perusahaannya.