Opsigo, Pengelola Perjalanan Dinas Anti Ribet Untuk Perusahaan

 |   Indonesia News Center

Read the English version here

Dari semua perjalanan yang pernah Anda lakukan, baik domestik maupun internasional, seberapa banyak dari mereka yang merupakan perjalanan bisnis?

Dari berbagai tujuan utama dalam melakukan perjalanan—rekreasi, dinas, sosial, pendidikan, dan ziarah keagamaan—perjalanan dinas ternyata memakan proporsi besar pada sektor ini. Dan sejak pandemi berangsur memulih, aktivitas perjalanan dinas di Indonesia juga menunjukkan peningkatan pesat.

Sebagai contoh, beban perjalanan dinas Pemerintah Republik Indonesia tahun 2019 adalah sebesar Rp 46 triliun, sebelum akhirnya turun drastis menjadi Rp 24,3 triliun pada tahun 2020 akibat pandemi*. Angka ini meningkat kembali pada tahun 2021 menjadi Rp 28 triliun**, dan baru-baru ini Menteri Keuangan RI mengumumkan realisasi perjalanan dinas tahun 2022 sebesar Rp 37,8 triliun. Tren ini pun tidak hanya terjadi di pemerintahan, namun juga sektor privat dan institusi lainnya.

“Dengan semakin populernya hybrid work, orang tak lantas berhenti melakukan perjalanan dinas. Yang mereka lakukan adalah memilih perjalanan dinas mana yang esensial untuk mencapai tujuan bisnis mereka. Apalagi dengan menyadari wilayah Indonesia yang luas dan terdiri dari kepulauan, beserta dengan segudang potensi ekonomi di masing-masing daerah. Ini akan terus berkontribusi pada peningkatan aktivitas perjalanan dinas, bahkan melampaui angka sebelum pandemi,” jelas Edward Nelson Jusuf, CEO dan Founder Opsigo, perusahaan penyedia solusi teknologi travel Indonesia.

Perubahan Perilaku Pelanggan dan Digitalisasi Perjalanan Dinas

Sektor perjalanan dinas yang terus berkembang ini pun tak lepas dari disrupsi. Jauh sebelum pandemi melanda, startup Indonesia Opsigo yang juga merupakan mitra Microsoft, sudah melihat perubahan disruptif dalam perilaku pelanggan yang secara signifikan akan mengubah cara industri ini beroperasi. Masyarakat  menjadi semakin terbiasa mengandalkan teknologi digital untuk berbagai kebutuhan mereka, termasuk dalam melakukan perjalanan dinas, sehingga digitalisasi sektor manajemen perjalanan dinas sangat diperlukan. “Kami melihat bahwa salah satu cara untuk mempercepat proses digitalisasi ini secara end-to-end adalah dengan mengajak agen travel konvensional, misalnya, untuk bergabung dalam platform travel aggregator. Travel aggregator yang bersifat sebagai one-stop-shop ini kemudian dapat membantu mengoptimalkan operasional perusahaan yang sering melakukan perjalanan dinas,” tutur Edward.

Gambar 1. Aktivitas karyawan Opsigo

Untuk menggambarkan pentingnya digitalisasi pada perjalanan dinas, kita perlu terlebih dahulu memahami bagaimana perjalanan dinas konvensional dikelola sebelum pandemi. Ketika merencanakan perjalanan, karyawan yang bersangkutan menghubungi perwakilan perusahaan untuk memesan transportasi dan akomodasi. Perwakilan perusahaan kemudian menghubungi agen travel untuk mengatur perjalanan bisnis karyawan tersebut. Setelah mendapat informasi dari perusahaan, agen travel secara manual mencari tiket pesawat dan hotel yang tersedia berdasarkan kebijakan perjalanan perusahaan. Sementara itu, perusahaan perlu menunggu satu sampai dua hari, atau bahkan lebih, sebelum mendapatkan daftar transportasi dan akomodasi yang tersedia. Perusahaan pun selanjutnya masih memerlukan beberapa hari untuk proses persetujuan, sebelum akhirnya tiket bisa dikeluarkan dalam beberapa hari sesudahnya.

Selama proses tersebut berjalan, perwakilan perusahaan harus memastikan bahwa pengeluaran untuk tiket perjalanan dan akomodasi tidak melebihi anggaran yang sudah dialokasikan dari awal, sembari mematuhi kebijakan perusahaan lainnya. Proses yang panjang ini tentu tidak ideal, terutama jika karyawan perlu melakukan perjalanan dinas secara mendadak. Oleh karena itu, terdapat suatu kebutuhan akan platform terpadu yang dapat secara mudah terintegrasi dengan sistem keamanan dan keuangan perusahaan, guna membantu perwakilan perusahaan dalam mengelola perjalanan dinas dengan lebih efisien, seperti dengan memonitor budget melalui satu tool saja.

Kebutuhan inilah yang menginspirasi Opsigo untuk memberikan solusi teknologi bagi korporasi yang disebut Opsicorp, dan solusi teknologi untuk agen perjalanan konvensional bernama Opsigo, di mana keduanya menggunakan teknologi cloud computing Microsoft Azure.

Gambar 2. Dasbor Opsicorp menunjukkan rangkuman data lengkap dari perjalanan dinas perusahaan hingga mendeteksi kepatuhan terhadap kebijakan internal

Dengan menggunakan Opsigo, agen travel dapat secara digital memproses segala sesuatu yang dapat mereka otomatisasi, sehingga agen memiliki ruang yang lebih luas untuk fokus pada apa yang tidak dapat dilakukan komputer — menjaga hubungan dengan klien. Sementara itu, Opsicorp dirancang untuk memanfaatkan ekosistem perjalanan bisnis komprehensif yang telah dimiliki Opsigo, agar perusahaan dapat mengelola perjalanan dan pengeluaran perjalanan bisnis dengan cepat, aman, dan efisien.

Gambar 3. Tampilan demografi traveler di platform Opsicorp

“Layanan Opsicorp ini dibangun dengan orientasi pada kebutuhan korporasi. Karenanya, ia terintegrasi dengan berbagai solusi keuangan, sistem ERP, dan berbagai platform internal perusahaan yang memungkinkan proses persetujuan permohonan perjalanan dinas ke stakeholder bersangkutan lebih seamless. Karena terintegrasi dengan banyak maskapai dan penyedia penginapan, perusahaan kini dapat melakukan pemesanan hanya dalam beberapa klik saja. Opsicorp pun kami hadirkan sebagai solusi manajemen perjalanan dinas terintegrasi untuk korporasi yang mudah tanpa mengkompromikan compliance perusahaan,” tambah Edward yang memiliki pengalaman lebih dari 25 tahun di industri perjalanan bisnis.

Dengan nilai transaksi bulanan di atas Rp 1 triliun, Opsigo tentunya membutuhkan sistem keamanan premium untuk melindungi datanya. Guna mengakomodasi kebutuhan ini, Opsigo menggunakan Microsoft Azure sebagai sistem virtual perusahaan sejak pertama didirikan, dengan memanfaatkan fitur cloud dan keamanan yang komprehensif di platform tersebut. “Keamanan sudah layaknya menjadi prioritas dan cara kami memastikan layanan tetap kredibel. Aspek ini juga lah yang dapat menjaga kepercayaan pelanggan kami. Microsoft membantu menjamin agar sistem kami tidak terganggu oleh berbagai serangan. Selain itu, kemitraan Microsoft dengan berbagai pemangku kepentingan, yang juga merupakan target pasar kami, tentunya memudahkan kami untuk menerapkan solusi kami di perusahaan-perusahaan,” kata Edward, mitra Microsoft for Startups Program, yang kini telah berkembang menjadi Microsoft for Startups Founder Hub.

Opsigo kini telah bermitra dengan lebih dari 40 agen travel terkemuka di Indonesia, lebih dari 200 maskapai penerbangan, dan lebih dari 300.000 hotel di seluruh dunia. Kemudahan yang ditawarkan oleh Opsigo melalui layanan Opsicorp-nya juga telah dinikmati banyak BUMN dan perusahaan global.

Pertumbuhan dan komitmen Opsigo dalam mendigitalkan industri perjalanan bisnis tentu tidak dapat dipungkiri. Pada tahun 2019, Opsigo terpilih sebagai Microsoft ISV Best Partner, dari beragam penghargaan yang sudah mereka terima. Seiring perusahaan menyesuaikan diri dengan lanskap perjalanan bisnis baru, diharapkan Opsigo melalui Opsicorp sebagai penyedia solusi teknologi perjalanan terpercaya, dapat membuat perjalanan bisnis menjadi semakin mudah.

Kolaborasi Opsigo dan Microsoft merupakan kelanjutan dari inisiatif SATU Karya untuk #BerdayakanIndonesia yang telah Microsoft Indonesia mulai sejak 2021. Bersama, mari kita #BerdayakanSolusiDigitalIndonesia.

 ###

* BPK, 2020. Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2020 (Audited)

** BPK, 2021. Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2021 (Audited)