Read the English version here
`Ketika Rahmat Budiman, atau akrab disapa Mate Tampan, memotret figur komik untuk pertama kalinya, ia tidak hanya mengabadikan sebuah gambar penuh nostalgia—ia menemukan keinginan mendalam untuk bercerita. Foto itu, yang diambil secara spontan usai salat Isya, menjadi awal perjalanan luar biasa Mate di dunia fotografi mainan. Kini, kreativitas Mate melampaui lensa kamera. Sebagai seorang digital marketing manager sekaligus ayah dari dua orang anak, Mate mengandalkan Microsoft Copilot untuk mewujudkan ide-idenya, baik dalam pekerjaan profesional maupun untuk menciptakan momen ajaib bersama kedua putrinya.
Setelah hampir satu tahun menggunakan Microsoft Copilot, Mate kini mulai menggunakan Microsoft Copilot Pro, layanan premium yang menawarkan kemampuan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) terkini, termasuk 100 boosts untuk menghasilkan gambar berkualitas tinggi menggunakan AI—fitur yang sangat cocok dengan keseharian Mate sebagai fotografer mainan dan digital marketer. Layanan ini juga membukakan Mate akses Copilot di aplikasi Microsoft 365 tertentu, seperti Word dan Excel, yang mempermudah Mate menulis dokumen dan menyusun data dengan lebih efektif. Didukung kemampuan Bahasa Indonesia di seluruh ekosistem Copilot, semua fitur ini memberikan Mate kemudahan untuk meningkatkan proses kreatif dan profesionalnya secara bebas dan bertanggung jawab.
Visi Kreatif yang Menghidupkan Imajinasi
Pada tahun 2012, fotografi mainan hampir tidak dikenal di Indonesia. Namun, rasa ingin tahu dan kecintaan Mate terhadap figur komik membuatnya mendalami dunia ini. “Awalnya, saya mengoleksi figur komik dan memotret hanya untuk bersenang-senang,” kenangnya. “Bermula dari hobi, saya jadi ketagihan saat melihat bagaimana mainan-mainan ini bisa terlihat begitu hidup melalui lensa kamera.” Foto pertamanya, yang diambil di atas sajadah, memacu serangkaian eksperimen kreatif yang akhirnya berkembang menjadi ToyGraphyID, sebuah komunitas online yang kini beranggotakan sekitar 18.900 penggemar fotografi mainan.
Mate terus mengasah keahliannya dan mulai memanfaatkan teknologi AI untuk memperluas kreativitasnya. Kesulitan menemukan latar yang sempurna untuk pemotretan membuatnya mulai menggunakan Copilot untuk memvisualisasikan dunia yang sebelumnya hanya ada dalam pikirannya. Dalam salah satu karya, Mate menampilkan karakter komik terkenal yang sedang mengamen di jalanan Inggris dengan latar dinding bata penuh poster—sebuah background fotoyang dibuat dengan AI. Dalam karya lainnya, seorang antihero komik meluncur di antara gedung-gedung pencakar langit futuristik berjendela rapat, sebuah latar yang sulit ditemukan melalui pencarian biasa. “Fotografi mainan adalah tentang menghidupkan benda mati,” ujar Mate. “AI memberi saya alat untuk mewujudkan hal-hal yang sebelumnya tidak terbayangkan.”
Pendekatan kreatif ini juga memengaruhi kehidupan profesional Mate. Selama bertahun-tahun, pekerjaannya berkembang menjadi perpaduan antara seni bercerita dan teknologi. Sebagai seorang digital marketing manager, Mate kerap dihadapkan pada tantangan mengubah ide abstrak menjadi visual yang menarik. “Apa yang ada di kepala saya sering kali tidak bisa ditemukan secara online,” jelasnya. “Di sini lah Copilot hadir—saya bisa menciptakan referensi dan mood board untuk mewujudkan ide-ide saya.” Baik itu membuat rencana editorial berdasarkan tren terkini, ataupun menyelesaikan pekerjaan tambahan, Copilot kini menjadi alat kerja andalannya.
Keluarga di Hati, Kreativitas Tanpa Henti
Kreativitas Mate tidak berhenti di tempat kerja atau dunia fotografi. Kreativitas juga menjadi bagian penting dalam kehidupannya di rumah. Terinspirasi oleh kecintaan kedua putrinya terhadap unicorn, Mate menggunakan Copilot untuk mendesain stiker dan halaman mewarnai khusus; mengubah kata-kata yang dideskripsikan putrinya menjadi gambar yang memikat. Bersama, mereka menciptakan adegan-adegan penuh imajinasi, merancang prompt yang tidak hanya mempertajam kemampuan berpikir logis anak, tetapi juga mempererat hubungan keluarga.
Proyek ini kemudian berkembang menjadi buku cerita pengantar tidur, di mana Mate menulis kisah-kisah yang terinspirasi dari pengalaman sehari-hari putrinya. “Salah satu cerita membahas bagaimana putri saya belajar untuk tidak merasa iri dengan barang milik anak-anak lain,” ujar Mate.
Lebih dari sekadar hasil karya, momen-momen ini menjadi peluang untuk mengajarkan putrinya bagaimana menuangkan ide-ide mereka ke dalam sebuah karya nyata. “Luar biasa melihat bagaimana anak-anak menerima teknologi dengan tangan terbuka,” katanya. “Copilot membantu kami mengubah imajinasi mereka menjadi sesuatu yang nyata.”
Kritik dan Inspirasi
Pendekatan inovatif Mate tidak selalu diterima dengan baik. Beberapa anggota komunitas fotografi mainan mengkritik penggunaan AI-nya, menganggapnya meninggalkan metode tradisional. “Ada kesalahpahaman bahwa AI menggantikan kreativitas,” jelasnya. “Namun bagi saya, AI adalah kolaborator yang membantu memperluas ide-ide saya dan membuatnya lebih baik.”
Meski mendapat kritik, Mate telah menginspirasi banyak orang untuk menjelajahi potensi AI. Karya fotografinya dengan latar belakang hasil AI memicu rasa ingin tahu sesama fotografer yang bertanya tentang teknik yang digunakannya. Mate juga bermitra dengan jaringan toko mainan anak-anak terkemuka untuk mengadakan lokakarya, mengajarkan anak-anak cara mengintegrasikan AI ke dalam fotografi mainan. “Melihat anak-anak begitu antusias menciptakan sesuatu yang baru dengan AI adalah pengalaman yang sangat memuaskan,” ujar Mate.
Copilot: Mitra Kreativitas
Bagi Mate, Microsoft Copilot lebih dari sekadar teknologi—Copilot adalah mitra dalam perjalanan kreatifnya. “Kamu adalah pilotnya, dan AI adalah Copilot-mu,” katanya, menekankan pentingnya keseimbangan antara kecerdasan manusia dan dukungan teknologi. Baik dalam menciptakan dunia imajinatif untuk fotografi mainannya, menyelesaikan tantangan profesional yang kompleks, atau mendukung kreativitas anak-anaknya, Mate menunjukkan bagaimana AI dapat membantu kita bermimpi lebih besar dan berkarya dengan berani.
###
Gambar utama: Dok. Microsoft Indonesia – Dari ide menjadi karya seni, Mate menggunakan AI untuk menghidupkan mainannya.