Kisah Tiga Changemakers Indonesia: Sosok Perempuan di Garis Depan Transformasi AI

3 women with text

Read in English here

Perubahan ada di sekitar kita – cepat, nyata, dan tak terhindarkan. Salah satu pendorong terbesarnya adalah teknologi AI, yang kini mempercepat inovasi dan membuka peluang baru dalam berbagai aspek kehidupan. Mulai dari cara kita bekerja, belajar, hingga menjalani kehidupan sehari-hari. Namun, seperti semangat yang Microsoft usung menyambut ulang tahun ke-50 perusahaan pada bulan April mendatang, “change needs makers”. Perubahan ini tidak terjadi dengan sendirinya. Perubahan diciptakan oleh mereka yang berani belajar, berinovasi, beradaptasi, dan mendorong batasan baru. 

Sejarah memperlihatkan bahwa perubahan dengan inovasi terbaik datang ketika berbagai perspektif terlibat. Misalnya saja, fitur closed caption yang awalnya dikembangkan untuk teman-teman dengan gangguan pendengaran, kini juga bermanfaat untuk individu di lingkungan bising, hingga individu yang ingin belajar bahasa baru. 

Termasuk di dalam perspektif tersebut adalah representasi perspektif perempuan, yang sayangnya masih terbatas di dunia STEM. Menurut American Association of University Women, pada skala global, hanya 28% tenaga kerja di industri STEM adalah perempuan, dengan angka yang lebih rendah dalam peran terkait AI dan teknik komputer. Di Indonesia sendiri, baru 12% lulusan STEM merupakan perempuan. Jika perempuan tidak memiliki peran aktif dalam mengembangkan teknologi, kita mungkin saja kehilangan banyak perspektif yang bisa menghadirkan solusi yang lebih inklusif. 

Melalui insiatif elevAIte Indonesia, Microsoft, Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi), beserta 18 mitra, berupaya membekali 1 juta talenta Indonesia dengan keterampilan AI secara inklusif. 

“Teknologi AI tidak hanya membuka peluang baru, tetapi juga mengubah cara kita bekerja dan berinovasi. Namun, manfaat AI hanya dapat dirasakan sepenuhnya jika memiliki keterampilan yang tepat untuk menggunakannya. Program elevAIte Indonesia dirancang untuk memastikan bahwa semua changemakers terlepas dari latar belakang mereka, memiliki akses ke keterampilan AI yang dapat mereka gunakan untuk menciptakan solusi, meningkatkan produktivitas, dan membawa perubahan nyata bagi komunitas mereka,” jelas Arief Suseno, AI National Skills Director, Microsoft Indonesia

Di antara para changemakers ini, tiga sosok perempuan – Dewi, Diana, dan Nura – membuktikan bahwa AI bukan hanya untuk mereka yang berlatar belakang teknologi, tetapi juga bagi siapa saja yang ingin belajar, beradaptasi, dan menciptakan perubahan nyata. Seiring dengan momentum Hari Perempuan Internasional 2025, kisah inspiratif mereka menegaskan bahwa perempuan memainkan peran penting dalam mendorong inovasi dan membentuk masa depan digital Indonesia. 

Dewi Sartika Salam – AI untuk Peningkatan Layanan di Sektor Publik 

Makassar | Pegawai Unit Pelaksana Teknis di BBPMP Sulawesi Selatan 

Sebagai pegawai di Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP) Sulawesi Selatan, Dewi Sartika Salam memiliki peran kunci dalam mengolah dan menerjemahkan data pendidikan menjadi rekomendasi kebijakan yang berdampak luas. Dengan latar belakang ilmu statistika, ia terbiasa mengolah data kuantitatif dan kualitatif untuk mengidentifikasi tren, mengevaluasi kebijakan, dan memahami kebutuhan pendidikan di wilayahnya, tetapi belum pernah menggunakan AI sebagai alat bantu kerja dalam mengolah data pendidikan skala besar tersebut. 

Atas dorongan Kepala BBPMP Sulsel, Imran S.Kom, M.T., Dewi dan rekan-rekannya mengikuti program elevAIte Indonesia, terutama pada sesi pelatihan “Peningkatan Kapasitas Pegawai BBPMP Sulawesi Selatan dengan Teknologi AI Microsoft” yang diperkenalkan melalui salah satu partner program elevAIte, yakni Biji-biji Initiative.  

“Awalnya saya hanya ingin belajar karena AI sedang tren, tetapi setelah mengikuti pelatihan, saya melihat bagaimana teknologi ini bukan hanya seperti chat biasa tetapi benar-benar bisa membantu kami bekerja. Kami diberikan pelatihan tentang cara menggunakan AI, seperti prompting dan creating ruang lingkup,” jelas Dewi. 

Di sini, ia mengenal Microsoft Copilot, yang memperluas kapasitas analisisnya, termasuk menyaring dan memahami pola menarik dari data lebih cepat. Namun, peran krusial tetap ada pada Dewi – memastikan bahwa insight dan indikator paling berpengaruh yang dihasilkan relevan dengan kondisi dan tantangan pendidikan di lapangan, untuk menghasilkan rekomendasi yang lebih tepat sasaran. 

Selain memperkuat perannya sendiri, Dewi juga melihat potensi besar AI dalam memberdayakan tenaga pendidik dan pegawai negeri lainnya. Ia memiliki semangat tinggi untuk menyebarluaskan ilmu AI kepada rekan-rekan pendidik di satuan pendidikan, khususnya di jenjang dasar dan menengah agar dapat digunakan untuk menelaah rapor pendidikan sekolah, memahami kebutuhan sekolah, menunjang pembelajaran dan administrasi sekolah, serta merancang strategi peningkatan kualitas pembelajaran berbasis data; proses kompleks yang dimudahkan dengan AI. Selain itu, Dewi juga membantu komunitas ibu rumah tangga setempat untuk berinovasi dan berpikir kritis dengan AI, yang kemudian dapat diimplementasikan dalam kegiatan sehari-hari, termasuk menyelesaikan soal matematika anak-anak mereka dengan lebih cepat. 

“Saya senang bisa memperkenalkan AI kepada lebih banyak orang lewat knowledge sharing, terutama mereka yang awalnya merasa teknologi ini sulit. Begitu mereka melihat manfaatnya, mereka jadi lebih terbuka untuk belajar. Lebih banyak orang bisa bergerak dan bersinergi untuk merasakan manfaatnya,” lanjut Dewi

Dewi percaya bahwa AI memiliki potensi besar dalam meningkatkan kualitas layanan dan mendukung transformasi digital di sektor pendidikan dan pemerintahan. 

“AI bukan hanya tentang mempercepat pekerjaan, tetapi juga membuka cara baru dalam berpikir dan berinovasi. Saya berharap semakin banyak pegawai negeri dan pendidik yang bisa memanfaatkan teknologi inklusif ini secara bertanggung jawab. Kita harus tetap belajar mengikuti perkembangan zaman dan tidak boleh tertutup secara pandangan,” pungkas Dewi

Diana Putri – AI untuk Parenting & Eksplorasi Bisnis 

Sintang, Kalimantan Barat | Ibu Rumah Tangga 

Setelah menyelesaikan S2 Ekonomi Akuntansi, Diana Putri memutuskan untuk berfokus pada keluarganya. Di tengah kesibukan tersebut, semangatnya untuk tetap belajar tidak berhenti. Ia ingin tetap mengembangkan diri, mencari wawasan baru, dan merasakan kembali “semangat baru” di tengah kesibukannya sebagai ibu dua anak. 

Melalui seorang teman, ia mengenal program Perempuan Pandai AI (PandAI) yang dijalankan oleh NUCare Global by LAZISNU, salah satu partner program elevAIte Indonesia yang berfokus memperkenalkan AI ke perempuan di berbagai usia dan latar belakang – dari mahasiswa, pekerja migran, perempuan lanjut usia, ibu rumah tangga, hinga wirausahawan – untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari. 

Awalnya Diana bergabung dalam program ini hanya karena penasaran dengan tren AI, namun seiring waktu, ia menyadari bahwa AI bukan sekadar teknologi futuristik—tetapi alat yang dapat membantu dalam berbagai aspek kehidupannya, dari parenting hingga eksplorasi bisnis. 

“Saya awalnya ikut karena ingin merasakan sesuatu yang baru. Tapi setelah belajar, saya sadar AI bisa benar-benar membantu saya dalam banyak hal—mulai dari parenting hingga mengeksplorasi dunia bisnis,” jelas Diana

Sebagai ibu dua anak kecil, Diana sering menghadapi tantangan dalam memilah informasi parenting. Banyak sumber memiliki pendapat berbeda, sehingga sulit menentukan mana yang paling sesuai. Copilot kini membantunya menyaring dan meringkas informasi parenting, sehingga ia bisa lebih cepat menemukan referensi yang terpercaya.  

Selain itu, AI juga membantunya menjawab pertanyaan anak-anaknya yang penuh rasa ingin tahu, seperti “Bagaimana hujan terjadi?” atau “Mengapa bentuk telinga manusia seperti ini?”. Dengan bantuan Copilot, Diana kini dapat memberikan jawaban yang lebih sederhana dan mudah dipahami oleh anak-anaknya. 

“Terkadang anak-anak bertanya hal-hal yang sulit saya jelaskan. AI membantu saya memberikan jawaban dengan analogi yang lebih mudah mereka pahami,” lanjut Diana

Tak hanya itu, AI juga membantunya mencari ide aktivitas kreatif untuk anak-anaknya, seperti permainan sensorik sederhana dengan bahan-bahan yang ada di rumah atau resep masakan yang bisa dibuat bersama anak-anak. 

Diana kini tengah mengeksplorasi peluang bisnis dengan bantuan AI. Copilot membantunya mencari ide usaha, memahami strategi pemasaran, dan mendapatkan wawasan tentang cara membangun bisnis dari nol. 

Bagi Diana, AI bukan hanya tentang teknologi, tetapi tentang bagaimana ia bisa mengelola berbagai aspek kehidupan dengan lebih optimal dan bermakna. 

“Saya harap semakin banyak perempuan melihat AI bukan sebagai sesuatu yang sulit, tetapi sebagai alat yang bisa membantu kita dalam banyak hal baru—bukan hanya di dunia kerja, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Mencoba tidak ada salahnya, belajar itu baik dan akan pasti bermanfaat,” pungkas Diana

Nura Uma Annisa – AI untuk Masa Depan Pendidikan 

Semarang | Guru Informatika di SD Nasima 

Bagi Nura Uma Annisa, menjadi pendidik bukan hanya tentang mengajar, tetapi juga tentang terus belajar sepanjang hayat. Sejak bergabung dengan Microsoft Innovative Educator Experts (MIEE) pada 2012, ia selalu ingin mencari cara baru untuk membuat pembelajaran lebih inovatif. Dengan latar belakang teknologi pendidikan, Nura telah memenangkan berbagai penghargaan di bidang pendidikan digital. Namun, ia sadar bahwa teknologi terus berkembang—dan AI adalah langkah berikutnya yang harus ia kuasai. 

Ketika menemukan program elevAIte Indonesia melalui Dicoding, salah satu partner program tersebut, Nura melihat ini sebagai kesempatan untuk memahami AI lebih dari sekadar alat bantu. Awalnya, ia mengira AI hanya tentang mengetik prompt dan mendapatkan jawaban instan. Namun, setelah mendalami materi, ia mulai memahami bagaimana AI bekerja seperti neuron dalam otak—menganalisis, mengklasifikasikan, dan memproses informasi secara kompleks. 

“Dulu, saya hanya bisa mengenalkan AI sebagai konsep. Sekarang, saya sudah mengerti hal-hal teknis di balik layar atau di back-end – bagaimana mendeteksi gambar, mengkategorikan objek dalam natural language processing (NLP), dan lainnnya, sehingga bisa membantu saya menggunakannya secara langsung untuk menciptakan sesuatu yang bermakna dengan siswa saya,” jelas Nura

Nura tidak menjalani perjalanan ini sendirian. Dengan dukungan dari komunitas sekolah, MIEE, dan Training of Trainers (ToT) oleh partner Microsoft, ia berhasil menyelesaikan pelatihannya dan menjadi salah satu guru yang tersertifikasi dalam Fundamentals of AI (AI-900), sebuah sertifikasi yang memperkenalkan konsep dasar AI serta layanan Microsoft Azure yang dapat digunakan untuk menciptakan solusi berbasis AI. Pelatihan ini, menurut Nura, membuka wawasan tentang bagaimana AI dapat diterapkan di dunia pendidikan – membantu guru dan siswa berinovasi dengan teknologi relevan ini. 

Di SD Nasima, Nura tidak hanya berperan sebagai guru informatika, tetapi juga sebagai Guru Penggerak Digital, di mana ia aktif membimbing guru-guru lain dalam memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan pengalaman belajar di kelas, seperti membuat bahan ajar inovatif menggunakan Microsoft Designer dan Copilot. Salah satu inovasi yang ia terapkan juga adalah penggunaan Minecraft Education, sebuah platfom pembelajaran berbasis game yang memungkinkan siswa mengeksplorasi konsep STEM, pemecahan masalah, dan kolaborasi melalui pengalaman interaktif yang imersif. Dengan elemen augmented reality (AR) di dalamnya, siswa dapat menghadirkan objek digital ke dunia nyata, membangun simulasi, dan belajar dengan cara yang lebih visual serta aplikatif,  

Berkat pendekatan kreatif ini, siswa-siswanya tidak hanya belajar teknologi, tetapi mereka juga menjadi kreator, membuat komik pembelajaran berbasis AI, mengembangkan storyboard dengan Copilot, hingga membangun proyek coding sederhana. Begitupun guru-guru di sekolah tersebut, yang bahkan mendapatkan penghargaan Guru Paling Inspiratif tingkat nasional, karena menggunakan Microsoft Designer untuk membuat dongeng dari mata pelajaran. 

“Masa depan siswa saya ada di dunia digital. Jika mereka memahami AI dari sekarang, mereka akan lebih siap menghadapi tantangan di masa depan. Tetapi peran guru masih tidak tergantikan, karena siswa masih perlu bimbingan,” pungkas Nura

Menjadi Changemaker di Era AI: Peluang untuk Setiap Profesi 

Melalui pelatihan AI dari program elevAIte Indonesia, Dewi, Diana, dan Nura telah membuktikan bahwa changemakers tidak harus menjadi CEO atau profesional teknologi, tetapi siapa saja yang berani mengeksplorasi AI untuk menciptakan dampak. 

Perjalanan elevAIte Indonesia terus berlanjut, membuka kesempatan bagi lebih banyak changemakers untuk memanfaatkan AI dalam kehidupan mereka. Jika Anda ingin mengembangkan keterampilan AI dan menciptakan dampak nyata, Anda dapat bergabung dengan elevAIte Indonesia dan menjadi bagian dari komunitas yang mendorong inovasi di Indonesia. 

Daftar sekarang di elevaite.id/education (terbuka untuk edukator) dan elevaite.id (terbuka untuk umum) dan mulai perjalanan Anda sebagai changemaker Indonesia di era AI. 

###