Komputasi Awan Mendukung Pertumbuhan dan Produktivitas Technopreneur Indonesia

 |   vishnum

Kemampuan komputasi awan untuk menyimpan, menganalisa, dan berbagi dokumen dalam waktu bersamaan mendukung technopreneur untuk menjalankan bisnis secara produktif dan efisien.

Jakarta, 13 Juni 2016 Pemerintah Indonesia menargetkan untuk memiliki 1.000 technopreneur pada tahun 2020. Microsoft Indonesia menilai pentingnya komputasi awan untuk mendukung tercapainya target tersebut, karena komputasi awan dapat membantu technopreneur dalam menjalankan bisnis secara aman, produktif dan efisien. Keberhasilan technopreneur dalam menjalankan bisnisnya akan memotivasi dan mendorong pertumbuhan technopreneur di Indonesia.

Mayoritas technopreneur di Indonesia mengawali bisnis dengan membangun startup, yang termasuk dalam kelompok usaha kecil dan menengah (UKM). Mereka harus menghadapi tantangan dari segi modal, biaya operasional, ruang kantor, dan pada saat bersamaan harus memikirkan cara bersaing di lanskap bisnis yang semakin kompetitif di era digital saat ini. Dengan memakai komputasi awan, para technopreneur tidak perlu memiliki ruang kantor yang besar karena pekerjaan bisa dilakukan secara mobile, tidak memerlukan ruang server serta hanya membayar atas teknologi yang mereka gunakan saja.

Tony Seno Hartono, National Technology Officer, Microsoft Indonesia, menjelaskan tentang peran komputasi awan untuk membantu pertumbuhan dan produktivitas technopreneur di Indonesia.
Tony Seno Hartono, National Technology Officer, Microsoft Indonesia, menjelaskan tentang peran komputasi awan untuk membantu pertumbuhan dan produktivitas technopreneur di Indonesia.

Tony Seno Hartono, National Technology Officer, Microsoft Indonesia, menjelaskan, “Komputasi awan dapat memberikan efisiensi biaya umumnya sekitar 20-50% dibanding non komputasi awan. Misalnya dengan Microsoft Azure, technopreneur dapat menggunakan layanan pay-as-you-go, dimana mereka hanya perlu membayar apa yang mereka gunakan. Azure juga memiliki sistem penagihan per menit sehingga memungkinkan kapasitas infrastruktur seperti komputasi, storage, dan bandwidth untuk disesuaikan sesuai dengan kebutuhan bisnis.”

Selain itu, komputasi awan juga memungkinkan technopreneur untuk menyimpan, menganalisa, serta berbagi dokumen dan data dalam waktu bersamaan dengan tetap terjaga keamanannya. Technopreneur juga dapat mengandalkan komputasi awan untuk melakukan proses analisis seperti pemetaan target konsumen yang akan membantu dalam menawarkan jasa dan produk mereka secara lebih tepat dan efisien.

Salah satu startup di bidang pendidikan yang memanfaatkan komputasi awan sejak awal berdiri adalah Kelase. Kelase mengembangkan platform e-learning dan kolaborasi bagi lembaga pendidikan serta komunitas. Sejak awal berdiri pada 2014, para developer Kelase yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia berkolaborasi dalam pemrograman dan kurasi konten edukasi untuk mengembangkan platform Kelase menggunakan komputasi awan. Selain itu, komputasi awan juga digunakan untuk melakukan virtual meeting dengan tim developer, sedangkan kantor fisik hanya digunakan oleh tim manajemen saja.

Winastwan Gora, Funder dan CEO Kelase.
Winastwan Gora, Funder dan CEO Kelase.

Menurut Chief Operating Officer Kelase, Winastwan Gora, komputasi awan sangat membantu Kelase menjalankan program-program serta aktivitas kerja. “Di Kelase, kami memakai komputasi awan untuk berbagi timeline kerja, job desk, project management, mengelola file dan kode program, mengumpulkan survei,menganalisa data, serta melakukan meeting jarak jauh. Berkat komputasi awan produktivitas kerja kami meningkat. Selain itu, komputasi awan juga kami manfaatkan untuk mendukung sekolah dan komunitas untuk dapat belajar secara online dan mengakses digital library, konten pendidikan digital berupa buku elektronik, video edukasi dan beberapa fitur lain yang kami tawarkan.”