Tiga Tips Menjadikan Responsible AI sebagai Strategi Perusahaan

 |   Indonesia News Center

Kecerdasan buatan (artificial intelligence / AI) telah mentransformasi dunia kita dengan cepat. Mulai dari ChatGPT hingga Bing, ada banyak potensi manfaat yang dapat dihadirkan teknologi ini. Namun, bersamaan dengan kegembiraan yang menghampiri, muncul pula pertanyaan, kekhawatiran, dan keingintahuan tentang perkembangan teknologi terbaru ini; khususnya untuk memastikan bagaimana AI digunakan secara bertanggung jawab dan etis. Berikut adalah tiga insights mengenai responsible AI yang penting diketahui:

Pertama, jadikan tanggung jawab sebagai bagian utama–bukan afterthought–dari rancangan desain AI.

Ketika model teknologi AI baru muncul, penting bagi perusahaan teknologi dan pengembang untuk segera membentuk kelompok penguji yang dapat menelusuri model awal tersebut, guna memahami kemampuan dan keterbatasan model yang ada. Insights ini kemudian akan membantu perusahaan dan pengembang seperti Microsoft untuk memikirkan mitigasi apa yang perlu dilakukan ketika model tersebut dikombinasikan dengan kekuatan teknologi yang lain. Insights yang sama juga akan membantu organisasi riset seperti OpenAI yang secara konsisten mengembangkan model AI, untuk menyertakan lebih banyak elemen keamanan di dalam model AI-nya.

Sebagai contoh, ketika menerima model AI baru yang dapat digunakan untuk konteks web search, Microsoft segera membangun testing pipeline. Di sini, perusahaan memikirkan bahaya yang mungkin muncul dari perpaduan kedua teknologi tersebut. Microsoft kemudian mengembangkan pendekatan sistematis, agar perusahaan dapat memahami sejumlah tantangan utama yang dapat muncul dari teknologi ini secara lebih baik – salah satunya ‘halusinasi’, di mana model teknologi bisa saja membuat fakta yang tidak tepat. Hanya ketika Microsoft telah berhasil melakukan mitigasi, baru Microsoft merilis produknya, seperti Bing bertenaga AI.

Kedua, bentuk tim yang terdiri dari individu dengan latar belakang, pengalaman, dan sudut pandang yang beragam. Mengerjakan responsible AI adalah sebuah multidisiplin. Peneliti, engineer, pembuat kebijakan, dan berbagai profesi lain perlu terlibat di dalam pengembangannya. Responsible AI memerlukan perspektif yang sangat bervariasi agar berbagai potensi kekhawatiran dapat dimitigasi.

Microsoft misalnya, percaya bahwa pengambilan keputusan di dalam pengembangan teknologi AI tidak bisa hanya dilakukan oleh tim internal Microsoft. Perspektif eksternal mengenai apa yang Microsoft lakukan, dan bagaimana Microsoft dapat melakukan hal secara berbeda, tidak kalah pentingnya. Microsoft percaya bahwa perusahaan tidak dapat membangun teknologi yang mampu memberikan dampak positif pada dunia, kecuali perusahaan memiliki dialog terbuka dengan orang-orang yang menggunakan teknologi tersebut, serta merasakan langsung dampak teknologi tersebut dalam kehidupan mereka.

Ketiga, fokus pada fakta bahwa teknologi AI dikembangkan oleh manusia, untuk manusia. Artinya, kita harus benar-benar melihat teknologi sebagai sarana untuk mengamplifikasikan potensi manusia, bukan menggantikan manusia. Ketika AI membantu seseorang untuk keep up dengan informasi dalam jumlah besar, misalnya. Orang tersebut jadi dapat menyimpulkan informasi secara cepat dan memberikan pertanyaan lanjutan kepada orang yang tepat, secara lebih efektif.

Ketika kita telah melihat dan mencoba teknologi, pertanyaan berikutnya yang muncul adalah bagaimana kita memastikan responsible AI menjadi bagian dari strategi? Berikut adalah tiga tips utama dari Microsoft:

  1. Pikirkan secara mendalam mengenai use case-nya. Tanyakan kepada diri Anda, manfaat apa yang ingin Anda bagikan? Potensi ancaman apa yang hendak Anda hindari? Sebuah  Impact Assessment dapat menjadi langkah yang sangat membantu dalam mengembangkan desain awal produk Anda.
  2. Bentuk tim yang beragam untuk membantu menguji produk Anda, baik sebelum produk tersebut dirilis, maupun pada ongoing basis. Teknik seperti red-teaming dapat membantu mendorong berbagai batasan pada sistem Anda dan mengecek seberapa efektif proteksi Anda.
  3. Bangun komitmen untuk terus belajar dan memperbaiki diri. Strategi rilis inkremental membantu Anda belajar dan beradaptasi dengan cepat. Pastikan Anda memiliki saluran umpan balik dan sumber daya yang kuat untuk perbaikan berkelanjutan. Manfaatkan sumber daya yang mencerminkan praktik terbaik sebisa mungkin.

###