Studi Microsoft: 90% Pemimpin Bisnis di Indonesia Percaya dengan Pentingnya Peranan Transformasi Digital untuk Kesuksesan Organisasi

 |   vishnum

Studi ‘The Microsoft Asia Digital Transformation’ tunjukkan masa depan dan tantangan transformasi digital di Asia Pasifik, termasuk Indonesia

Jakarta, 28 Februari 2017 – Pemimpin bisnis di Indonesia menunjukkan urgensi untuk beradaptasi di Revolusi Industri ke-4 yang mengaburkan batasan antara dunia fisik, digital, dan biologis. Dalam studi bertajuk ‘The Microsoft Asia Digital Transformation: Enabling The Intelligent Enterprise’[1], sebanyak 90% pemimpin bisnis di Indonesia menyatakan perlu melakukan transformasi digital untuk mendorong pertumbuhan perusahaan. Sayangnya, hanya 27% yang telah memiliki strategi transformasi digital menyeluruh. Sebanyak 51% sisanya masih merencanakan proses transformasi digital dan sebanyak 22% belum memiliki strategi apapun.

Andreas Diantoro, President Director, Microsoft Indonesia menjelaskan, “Organisasi yang tidak mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman akan menjadi kurang kompetitif. Oleh sebab itu, Microsoft mendorong setiap organisasi untuk segera melakukan transformasi digital di era berbasis teknologi ini agar mampu beradaptasi dengan perubahan, baik perubahan internal maupun eksternal.”

Prioritas pilar Transformasi Digital di antara pemimpin bisnis di Indonesia saat ini

Transformasi Digital
Memperjelas makna transformasi digital yang berbeda di setiap organisasi, Microsoft mendefinisikannya dengan menjabarkan empat pilar berikut:

  1. Memprioritaskan pelanggan: Teknologi memungkinkan organisasi untuk menganalisis dan memahami karakter konsumen dengan lebih baik, sehingga organisasi dapat memprediksi kebutuhan konsumen dan menjawab kebutuhan tersebut secara personal.
  2. Memberdayakan karyawan: Dalam rangka menjawab kebutuhan konsumen secara lebih personal, karyawan organisasi perlu bekerja dengan lebih cepat. Teknologi pun hadir untuk mendukung karyawan dalam melakukan pekerjaan secara mobile, sehingga karyawan dapat bekerja dari mana saja, kapan saja, dan dengan menggunakan perangkat apa saja. Walaupun karyawan tidak bekerja di tempat dan waktu yang sama, karyawan dapat tetap bekerja secara kolaboratif.
  3. Mengoptimalkan kegiatan operasional: Hadirnya teknologi mampu membantu proses pengumpulan, pengolahan, dan analisis data, sehingga dapat mempercepat proses pengambilan keputusan. Sebagai hasilnya, efektivitas dan efisiensi kerja organisasi akan semakin meningkat.
  4. Transformasi produk dan model bisnis: Dalam rangka menghadirkan pengalaman yang berbeda bagi kosumen, organisasi perlu mendefinisikan ulang jenis produk dan model bisnis yang ditawarkan agar berbeda dari kompetitor lainnya. Pengintegrasian teknologi ke dalam produk dan model bisnis organisasi akan menghadirkan wajah baru bagi organisasi dan semakin mendekatkan organisasi dengan kebutuhan konsumen di era digital.


Teknologi Masa Kini dan Masa Depan

Menjawab pilar-pilar transformasi digital tersebut, para pemimpin bisnis di Indonesia menyebutkan lima teknologi yang mereka rasa mampu mendorong proses transformasi digital organisasi dalam 12-18 bulan ke depan:

  1. Internet of Things (IoT): Jaringan sensor yang diintegrasikan ke dalam perangkat agar dapat mengumpulkan atau mengendalikan data dari jauh, seperti gedung pintar, mobil pintar, dan perangkat rumah pintar;
  2. Teknologi Wearable: Teknologi elektronik dan komputasi canggih yang diintegrasikan ke dalam pakaian, perangkat, atau tubuh, seperti jam tangan pintar;
  3. Artificial intelligence: Mesin-mesin atau peranti lunak cerdas yang sanggup belajar dan melakukan berbagai tugas secara independen, seperti robot, chatbots, dan mobil yang bisa berjalan sendiri;
  4. Komputasi kuantum: Komputer masa depan yang menggunakan sistem komputasi berbeda untuk menyelesaikan persamaan data dengan lebih cepat;
  5. Virtual/augmented/mixed reality: Teknologi yang menggabungkan dunia maya dan dunia nyata ke dalam pengalaman yang tak terlupakan.

Hambatan Transformasi Digital di Asia Pasifik
Meskipun tidak diragukan lagi bahwa transformasi digital akan membawa manfaat yang signifikan bagi organisasi maupun karyawan, proses menuju transformasi digital di Indonesia masih cenderung lambat. Lima hambatan transformasi digital terbesar menurut para pemimpin bisnis, diurutkan mulai dari yang tertinggi:

  1. Masalah keamanan dan serangan siber
  2. Kurangnya tenaga kerja yang memiliki keahlian digital
  3. Tidak adanya mitra teknologi yang tepat
  4. Tidak pastinya lingkungan ekonomi
  5. Kurangnya kebijakan pemerintah dan infrastruktur teknologi informasi & komunikasi yang mendukung

Kisah Transformasi Digital di Indonesia
Adapun di Indonesia, beberapa organisasi kenamaan yang tengah menjalankan proses transformasi digital bersama Microsoft meliputi Direktorat Jenderal Pajak (pemerintah), Kepolisian Resor Kediri (sektor publik), Garuda Indonesia (korporasi), dan KiOSTiX (online business).

  1. Direktorat Jenderal Pajak (DJP)
    Dalam rangka menghubungkan lebih dari 500 unit kantor operasional dan 32.000 pegawai yang tersebar di seluruh penjuru nusantara, DJP memanfaatkan Microsoft SQL Server Integration Services (SSIS) untuk mengintegrasikan data dan SQL Server Analysis Services (SSAS) untuk melakukan agregasi data. Baca cerita lengkapnya di sini.
  1. Kepolisian Resor Kediri (Polres Kediri)
    Pada Desember 2016, Polres Kediri bekerjasama dengan PT Trimaxindo Abadi dan Microsoft Indonesia memprakarsai penerapan e-tilang, sistem tilang digital pertama di Indonesia yang memanfaatkan teknologi auto scale Azure untuk mengelola pengaksesan aplikasi dari jutaan warga Kediri. Sepak terjang e-tilang yang baik mendorong Korps Lalu Lintas Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia untuk menjadikan e-tilang sebagai program nasional. Untuk kisah selengkapnya, kunjungi link berikut.
  1. Garuda Indonesia
    Pada pertengahan 2015, penjualan tiket online Garuda Indonesia melesat sebanyak 200% setelah situs penjualan tiket online Garuda direstrukturisasi dengan teknologi Microsoft Azure. Selengkapnya, silakan kunjungi link berikut.
  1. KiOSTiX
    Sebagai sebuah layanan ticketing yang melayani lebih dari 1.000 acara di Indonesia setiap tahunnya, KiOSTiX memanfaatkan Storage Backup Microsoft Azure yang memungkinkan perusahaan untuk menyimpan enam salinan data di cloud secara geo-related – menjadikan probabilitas perusahaan untuk kehilangan data pengguna sangat minim. Untuk cerita lengkapnya, silakan baca di sini.

Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai bagaimana Microsoft mendorong transformasi digital di setiap organisasi, kunjungi enterprise.microsoft.com.

[1]   Studi dilaksanakan pada Oktober – November 2016 dengan melibatkan 1.494 pemimpin bisnis di 13 negara di Asia Pasifik. Ketigabelas negara tersebut adalah Australia, China, Hong Kong, Indonesia, India, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Selandia Baru, Filipina, Singapura, Taiwan, dan Thailand. Semua responden telah memenuhi kualifikasi karena berperan dalam pembentukan strategi digital di perusahaan mereka dan bekerja di organisasi dengan lebih dari 250 karyawan.